Prof. DR. dr. Karnen Garna Baratawidjaja, Sp.PD, K-AI, FINASIM, FAAAAI lahir pada tanggal 1 Mei 1930 di Ciamis. Beliau telah mengalami perjalanan hidup yang panjang mencakup tiga masa: penjajahan Belanda, Jepang dan masa kemerdekaan. Beliau mengalami tumbuh kembang dari lahir hingga berusia 12 tahun pada masa penjajahan Belanda, menjalani usia remaja (12-15 tahun) pada masa penjajahan Jepang, dan selanjutnya menjadi dewasa pada masa awal dan masa mempertahankan kemerdekaan. Beliau berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan memiliki kesempatan untuk belajar di Kanada.
Pada tahun 1962, setelah beliau mendapatkan ijazah Diploma in Microbiology, University of Toronto. Beliau mendapatkan kesempatan belajar selama tiga bulan di Bagian Hematologi, Toronto General Hospital, tiga bulan di Bagian Reumatologi Sunnybrook Hospital, dan enam bulan di Klinik Alergi Toronto Western Hospital.
Sejak awal diminta untuk mengembangkan alergi-imunologi, Prof. Karnen memulai langkah tersebut dengan berunding dengan Prof. Aryatmo. Saat itu, beliau membentuk Badan Kerja Sama Alergi-Imunologi FKUI. Prof. Karnen sebagai ketua, Prof. Aryatmo sebagai wakil ketua, dan Prof. Siti Budina sebagai sekretaris, sementara Prof. Santoso Cornain masih di Swedia. Badan Kerja Sama yang berada dibawah naungan Dekan FKUI menyelenggarakan berbagai aktivitas yang bersifat lintas-sektoral. Badan kerja Sama ini kemudian sukses menyelenggarakan kursus beserta praktikum di rumah, yang ketika itu sudah dilengkapi dengan tempat untuk kursus dan pelatihan.
Badan Kerja Sama kemudian melebarkan usahanya dengan mendatangkan tamu pembicara setiap tahun (tersering dari Belanda) untuk menjadi pembicara dalam berbagai topik alergi-imunologi. Seusai bicara di Jakarta, pembicara dari luar negeri ini dikirimkan ke daerah-daerah yang diminati agar daerah di luar Jakarta dapat pula memperoleh pengembangan wawasan di bidang alergi-imunologi.
Lalu pada tahun 1977 dibentuklah Perhimpunan Alergi Imunologi (PERALMUNI) oleh Prof. Karnen. Prof. Heru dilantik sebagai Sekretaris Jendral yang pertama dan beliau menjabat sebagai Ketua. Sebagai organisasi yang baru dibentuk, tentu masih banyak kekurangan PERALMUNI saat itu.
PERALMUNI merupakan perhimpunan seminat yang menyatukan dokter-dokter umum dan spesialis dengan perhatian khusus di bidang alergi dan imunologi klinik. Selama ini bernanung di bawah Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), namun untuk memperluas cakupan dan jangkauan dimulailah proses panjang untuk menjadi organisasi seminat dibawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Setelah melalui perjuangan tidak kenal lelah dari para pengurus PERALMUNI pada saat itu dan juga bantuan dari IDI dan PAPDI, maka melalui proses Muktamar IDI di Samarinda (tanggal) ditetapkan PERALMUNI menjadi organisasi seminat langsung di bawah IDI. Proses kemudian dilanjutkan dengan pelantikan Pengurus Pusat Peralmuni yang pertama kali dilakukan di Jakarta tanggak 24 Februari 2019.
Lambang ini bermaksud menunjukan identitas perkumpulan peminat Alergi-Imunologi di Indonesia (bulatan-bulatan) yang bergabung dengan tujuan memecahkan misteri/rahasia (hitam) dari Alergi-Imunologi (gambar tengah warna hitam dan bulatan) untuk mencapai puncak keilmuan (kuning emas) dengan keberanian (merah) untuk diabadikan bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia (hijau) dengan dilandasi kesucian hati dan profesi (putih).
Arti warna yang dipakai
Kuning = Kejayaan
Hitam = Misteri
Merah = Berani
Hijau = Kesuburan
Putih = Kesucian
Arti gambar yang dipakai
Bulatan = Limfosit
Gambar dalam = Imunoglobin
Ular = Ilmu Kedokteran/Kesehatan