Semakin banyak data dan kepentingan untuk meminta pasien-pasien kita berhenti merokok, salah satunya berkaitan dengan masa depan anak-anak mereka. Penelitian terkini yang dilakukan oleh para peneliti dari American Cancer Society (ACS), menunjukkan bahwa paparan jangka panjang masa kanak-kanak terhadap asam rokok (secondhand smoke) meningkatkan risiko kematian akibat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) pada individu tanpa riwayat merokok sebelumnya.
Analisis data dari sebuah penelitian prospektif skala besar, yang melibatkan individu dewasa tanpa riwayat merokok namun tumbuh besar bersama seorang perokok harian, dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat PPOK sebesar 31%. Paparan asap rokok sekunder 10 jam atau lebih perminggunya, dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat PPOK sebesar 42% dan peningkatan 9% untuk risiko kematian semua sebab pada individu tanpa riwayat merokok sebelumnya, dalam studi yang dipublikasikan did alam American Journal of Preventive Medicine.
Ini merupakan studi pertama yang menunjukkan adanya hubungan antara paparan rokok sekunder pada masa kanak-kanak dan peningkatan risiko kematian akibat PPOK di masa dewasa dan tua. Para penulis, dr. Ryan Diver dkk, menjelaskan bahwa paparan rokok sekunder masa kanak-kanak juga dikaitkan dengan peningkatan risiko asma, sehingga ada kemungkinan paparan tersebut menyebabkan kerusakan paru dan sistem kardiovaskular yang akan meningkatkan risiko luaran fatal di masa dewasa.
Penelitian ini melibatkan 70.900 individu tanpa riwayat merokok yang termasuk dalam kohort Cancer Prevention Study-II yang direkrut antara tahun 1992 dan 1993. Evaluasi dilakukan setiap 2 tahun sejak 1997 dan diikuti sampai tahun 2014. Selama masa pemantauan terdapat 25.899 kematian dan dilakukan evaluasi model dengan metode Cox proportional hazards. Hasil analisis menunjukkan hidup dengan seorang perokok selama 16-18 tahun masa kanak-kanak meningkatkan risiko kematian akibat PPOK (HR 1,31; 95% CI 1,05-1,65). Demikian juga paparan rokok sekunder 10 jam atau lebih setiap minggunya meningkatkan risiko kematian akibat semua sebab (HR 1,09; 95% CI 1,04-1,14), penyakit jantung koroner (HR 1,23; 95% CI 1,14-1,42) dan stroke (HR 1,23; 95% CI 1,04-1,45). Para peneliti mengambil kesimpulan bahwa, paparan rokok sekunder merupakan faktor risiko kematian moderat, yang setara dengan faktor-faktor risiko sekunder lainnya. Pemahaman mengenai pengaruh jangka panjang rokok sekunder sangat penting terutama di negara-negara di mana prevalensi perokok dan paparan rokok sekunder masih tinggi seperti di Indonesia. Peraturan dan perundang-undangan harus ditingkatkan untuk menjamin udara dan rumah yang bebas rokok serta mendukung intervensi klinis untuk menurunkan paparan rokok sekunder. DSS